LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FERMENTASI
PEMBUATAN INOKULUM TAPE
Eva Lestari
05031281419094
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Dalam bidang pertanian
khususnya bidang pangan, inokulum telah banyak digunakan misalnya inokulum
untuk pembuatan tempe, tape, roti, kecap dan produk-produk fermentasi lainnya.
Inokulum dapat berisi satu jenis mikrobia ataupun lebih tergantung dengan
keperluan penggunaanynya. Penggunaan monokultur akan memudahkan dalam
penanganannya karena sifat jasad yang dikendalikan hanya satu jenis. Berbeda
halnya dengan multikultur. Multikultur
akan lebih sulit pembuatannya karena melibatkan lebih dari satu mikroorganisme.
Dalam ragi tape, mikrobia yang ada sebenarnya saling bersifat antagonis dari
metabolitnya. Namun demikian, keadaan ini menjadikan tape sesuai dengan yang
dikehendaki konsumen. Pada tahap awal organisme amilolitik akan mengubah pati
menjadi gula. Adanya gula akan memicu pertumbuhan khamir dan mengubah gula yang
ada menjadi alcohol, adanya alkohol akan menghambat pertumbuhan jasad
amilolitik namun memicu pertumbuhan bakteri pengoksidasi alkohol (Silvia, 2009).
Inokulum
merupakan campuran antara kultur mikroba dan media pertumbuhan fermentasi. Pembuatan inokulum untuk fermentasi menggunakan bakteri
digunakan untuk menyediakan inokulum yang berada dalam keadaan aktif sehingga
dapat mempersingkat fase adaptasi pada waktu fermentasi. Lamanya fase adaptasi
dipengaruhi oleh volume inokulum dan kondisi fisiologinya. Untuk bakteri pembentuk spora, inokulum
juga dipengaruhi oleh lamanya fase adaptasi. Karena itu, inokulum bakteri
sebaiknya diinokulasikan ke dalam medium fermentasi pada saat sel aktif
melakukan metabolisme. Fase adaptasi dapat dikurangi sampai serendah-rendahnya
jika komposisi medium inokulum yang digunakan sama dengan komposisi medium
fermentasi
(Yurnaliza, 2007).
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengetahui pembuatan inokulum tape.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bawang Putih
Studi
In vitro telah menunjukkan bahwa bawang putih memiliki aktivitas melawan banyak
bakteri gram negatif dan bakteri gram positif. Beberapa bakteri yang telah
diuji sensitivitasnya terhadap bawang putih antara lain ialah Escherichia,
Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus, Klebsiella, Proteus, Bacillus,
Clostridium dan Mycobacterium tuberculosis. Louis Pasteur merupakan
orang pertama yang menemukan efek antibakteri dari jus bawang putih. Bawang
putih dipercayai memiliki aktivitas antibakteri berspektrum. Kemampuan antibakteri
ini diyakini dikarenakan adanya zat aktif Allicin dalam bawang putih (Fardiaz, 2012)
Allicin
dan komponen sulfur lain yang terkandung
di dalam bawang putih dipercaya sebagai bahan aktif yang berperan dalam efek
antibakteri bawang putih. Zat aktif inilah yang dilaporkan memiliki aktivitas
antibakteri dengan spektrum yang luas, hal ini telah dievaluasi di dalam banyak
penelitian, bahwa bawang putih memiliki aktivitas antibakteri yang cukup tinggi
dalam melawan berbagai macam bakteri, baik itu bakteri gram negatif maupun
bakteri gram positif. Beberapa bakteri yang telah terbukti memiliki
sensitivitas yang tinggi terhadap aktivitas antibakteri bawang putih ialah Staphylococcus,
Vibrio, Mycobacteria, dan spesies Proteus (Srimatyati, 2010).
2.2.
Kayu Manis
Kayu
manis atau nama ilmiahnya adalah Cinnamomum burmani, dibudidayakan untuk
diambil kulit kayunya di daerah pegunungan sampai ketinggian 1.500 m diatas
permukaan laut. Tinggi pohon mencapai 1 m sampai 12 m, daun lonjong atau bulat
telur, warna hijau, daun muda berwarna merah. Umumnya tanaman yang tumbuh di
dataran tinggi warna pucuknya lebih merah dibanding di dataran rendah. (Fardiaz, 2012).
kayu
manis mengandung minyak atsiri, eugenol, safrole, cinnamaldehyde, tannin,
kalsium oksalat, damar, zat penyamak, dimana cinnamaldehyde merupakan
komponen yang terbesar yaitu sekitar 70 %. Kayu manis mengandung minyak
atsiri yang mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme (antiseptis),
membangkitkan selera atau menguatkan lambung juga memiliki efek untuk
mengeluarkan angin. Selain itu minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai
obat kumur dan pasta, penyegar bau sabun, deterjen, lotion parfum dan cream.
Dalam pengolahan bahan makanan dan minuman minyak kayu manis di gunakan sebagai
pewangi atau peningkat cita rasa, diantaranya untuk minuman keras, minuman
ringan (softdrink), agar–agar, kue, kembang gula, bumbu gulai dan sup (Srimatyati, 2010).
2.3. Ragi
Kata ”ragi” dipakai
untuk menyebut adonan atau ramuan yang digunakan dalam pembuatan berbagai
makanan dan minuman seperti tempe, tape, roti, anggur, brem dan lain-lain. Ragi
untuk tape merupakan populasi campuran genus dimana terdapat spesies-spesies
genus Aspergillus, genus Saccharomyces, genus Candida,
genus Hansenula, sedangkan bakteri Acetobacter biasanya tidak
ketinggalan. Genus tersebut hidup bersama secara sinergetik. Aspergillus dapat
menyederhanakan amilum, sedangkan Saccharomyces, Candida dan Hansenula dapat
menguraikan gula menjadi alkohol dan bermacam-macam zat organik lainnya (Andriyani,
2014).
Menurut Hidayati
(2013), mikroba mampu hidup pada hampir semua tempat dan keadaan serta mampu
bertahan dalam berbagai keadaan dan lingkungan baik pada suhu, tekanan, pH,
tingkat osmosis serta keadaan yang ekstrim. Oleh karena itu pengetahuan tentang
mikroba sangat penting dikuasai oleh mereka yang bekerja atau sedang menuntut
ilmu bidang pangan mikroba bersifat mikroskopis, begitu kecilnya sehingga tidak
terlihat oleh mata telanjang. Mikroba terdiri dari beberapa jenis proses
pengendalian mutu dan pemeriksaan makanan misalnya khamir. Khamir sejak dulu
berperan dalam fermentasi yang bersifat alkohol, dimana produk utama dari
metabolisme adalah etanol. Saccharomyces cerevisiae adalah jenis utama
yang berperan dalam produksi minuman
beralkohol seperti bir dan anggur dan juga digunakan untuk fermentasi adonan
dalam perusahaan roti.
2.4.
Tape Singkong
Pada hakekatnya
semua makanan yang mengandung karbohidrat bisa diolah menjadi tape. Tetapi
sampai sekarang yang sering diolah adalah ketan dan singkong (berdaging putih
atau kuning). Singkong adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Adapun Singkong dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Simbolon,
2010):
|
Kerajaan
|
:
|
Plantae
|
|
Divisio
|
:
|
Spermatophyta
|
|
Kelas
|
:
|
Dicotyledoneae
|
|
Ordo
|
:
|
Euphorbiales
|
|
Familia
|
:
|
Euphorbiaceae
|
|
Genus
|
:
|
Manihot
|
|
Spesies
|
:
|
M. esculenta
|
|
Nama binomial
|
:
|
Manihot esculenta Crantz
|
Singkong merupakan sumber
energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein. Sumber protein yang
bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung (per 100 gram).
Proses fermentasi tape singkong harus dilakukan secara optimal. Selain memilih
bahan dasar singkong yang baik, proses pembuatan tape singkong harus benar.
Ragi yang digunakanpun harus bermutu tinggi, karena ragi merupakan bahan utama
dalam proses pembuatan tape. Kesterilan ragi dan bahan dasar pembuatan tape
singkong ketika akan digunakan sangat penting. Hal ini bertujuan agar tidak
dicemari bakteri lain. Karena jika dalam proses pembuatan tape singkong
dicemari bakteri lain maka proses fermentasi akan terhambat. Sehingga tape akan
mengeluarkan bakteri yang sering mengeluarkan racun yang berbahaya bagi
kesehatan manusia.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari selasa tanggal 20
September 2016 pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 09.30 WIB, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Pertanian dan Laboratorium
Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan
Bahan
Alat yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah 1) bunsen 2). cawan petri, 3)
gelas ukur, 4) jarum ose, 5) kapas, 6) kertas, 7) korek api, 8). nampan, 9)
neraca analitik, 10) pipet mikron, 11) plastik, dan 12) tabung reaksi.
Bahan yang
digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah 1) aquades, 2) bawang putih, 3) bubuk kayu manis, 4) ragi tape, 5) singkong
kukus, dan 6) tepung beras.
3.3. Cara Kerja
Cara
kerja pada praktikum ini adalah:
3.3.1. Pembuatan Tape Secara Aerob
dan Anaerob
Cara kerja
dari pembuatan tape secara aerob dan
anaerob adalah sebagai berikut:
1.
Singkong dikupas, dicuci bersih, dan
dikukus sampai tidak terlalu lembek.
2.
Singkong kukus diletakkan didalam
dua nampan untuk perlakuan aerob dan anaerob. Ragi tape (1 butir) dihancurkan dan
ditaburi diatas singkong kukus.
3.
Nampan ditutup dengan menggunakan
plastik (perlakuan anaerob), dan
dibiarkan atau tanpa ditutup (perlakuan aerob).
4.
Perlakuan tersebut diinkubasikan dengan suhu 40
selama 2 hari
dan diamati tekstur, rasa, dan aroma dari tape tersebut.
3.3.2. Pembuatan Substrat Ragi Berbahan Kayu Manis dan Bawang Putih
Cara kerja
dari pembuatan ragi dengan kayu manis adalah sebagai berikut:
1.
Kayu manis/bawang putih bubuk ditimbang sebanyak 5 g dengan menggunakan
neraca analitik, dan dicampurkan dengan 95 g tepung beras dan 5 ml suspensi
tape. Adonan diaduk sampai kalis.
2.
Adonan kalis dibentuk
bulatan-bulatan pipih, tutup dan inkubasikan selama 2 hari dengan suhu 40
.
3.
Pengenceran dilakukan pada inokulum
kering 1 g sampai
.
4.
Jarum ose dibakar diatas bunsen
sampai steril, diamkan sebentar, ambil suspensi pengenceran
, dan dilakukan penggoresan pada cawan petri yang
berisi media NA (untuk metode gores).
5.
Suspensi pengenceran
diambil
sebanyak 1 ml menggunakan pipet mikron dan tuangkan kedalam cawan petri steril.
Media NA cair dituangkan dan tunggu hingga memadat (untuk metode tuang).
6.
Cawan petri dibungkus dan diinkubasi
selama 2 hari pada suhu 30
. Pertumbuhan mikroba diamati.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Tabel hasil pembuatan tape
singkong
|
No.
|
Kondisi
|
Pengamatan
|
||
|
Tekstur
|
Rasa
|
Aroma
|
||
|
1.
|
Aerob
|
Lembut
|
Manis asam
|
Khas tape tajam
|
|
2.
|
Anaerob
|
Lembut
|
Hambar
|
Khas tape
tidak terlalu tajam
|
4.1.2. Tabel hasil pembuatan substrat ragi
|
No.
|
Bahan
|
Metode Gores
|
Metode Tuang
|
|
1.
|
Kayu Manis
|
256
|
19
|
|
2.
|
Bawang Putih
|
268
|
260
|
4.2. Pembahasan
4.2.1. Tape
Tape adalah produk yang dihasilkan dari proses fermentasi, di mana
terjadi suatu perombakan bahan-bahan yang tidak sederhana. Zat pati yang ada
dalam bahan makanan diubah menjadi bentuk yang sederhana yaitu gula, dengan
bantuan suatu mikroorganisme yang disebut ragi atau khamir. Proses fermentasi tape
melibatkan penambahan mikroorganisme untuk membuat singkong atau beras ketan
menjadi produk yang diinginkan. Mikroorganisme yang biasanya digunakan adalah
ragi. Ragi merupakan khamir (Saccharomyces
cerevisiae) yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat (pati) menjadi gula
dan alkohol. Proses tersebut juga menyebabkan tekstur tape menjadi lunak dan
empuk. Khamir adalah salah satu jenis mikroba yang sebenarnya banyak berperan
dalam dunia pangan, tetapi kurang dikenal luas oleh masyarakat. Khamir memiliki
peranan yang penting dalam proses pembuatan tape, yaitu mengubah pati pada
singkong atau beras ketan menjadi gula, serta mengubah sebagian gula menjadi
alkohol dan komponen flavor (Rachman, 2012).
Penelitian-penelitian terbaru
mengungkapkan spesies-spesies lain yang terdapat dalam ragi tape, terdapat
spesies lain diantarnya khamir Candida utilis dan Saccharomyces
cerevisiae, serta
bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Pada umumnya proses
pembutan tape menggunakan proses fermentasi aerob, yaitu setelah bahan
diragikan, dan dimasukkan kedalam kantong plastik atau dapat juga menggunakan
daun pisang kemudian disimpan ditempat tertutup tetapi masih ada oksigen yang masuk selama
± 2-3 hari pada temperatur 26-28°C. Tape yang melalui fermentasi aerob ini
rasanya akan lebih manis dibandingkan dengan tape hasil fermentasi anaerob, mikroba-mikroba
yang terkandung di dalam ragi ini tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan
sempurna.
Fermentasi tape yang paling baik
terjadi pada kondisi aerob, karena pada kondisi aerob kapang tidak mampu tumbuh
sehingga kapang tidak mampu menghidrolisis pati, sedangkan pada kondisi anerob, pertumbuhan
kapang dan khamir berlangsung baik tetapi aroma yang dikehendaki tidak muncul. Rasa asam pada tape dapat disebabkan
oleh kesalahan perlakuan, seperti terlalu banyak menambahkan ragi, penutupan
yang terlalu rapat.
4.2.2. Ragi
Ragi merupakan bahan utama yang paling penting dalam pembuatan tape. Untuk
menghasilkan produk tape yang bagus diperlukan bahan-bahan pilihan yang
berkualitas terutama adalah ragi (starter). Didalam ragi terebut terkandung
mikroba Saccharomyces cerevisiae.
Mikroba ini mengeluarkan enzim yang berguna dalam proses fermentasi. Apabila
ragi dan bahan dasar pembuatan tape ini terkontaminasi makan proses fermentasi
akan terhambat dan didalam produk tersebut bisa terdapat mikroba beracun yang
sangat berbahaya. Untuk mengatasi kemungkinan munculnya bakteri kontaminan yang
tidak diinginkan, salah satu cara adalah dengan menambahkan rempah-rempah ke
dalam ragi. Hal ini bisa mencegah kontaminan dari mikroba lain karena
rempah-rempah mengandung zat antimikroba.
Praktikum pembuatan inokulum tape ini rempah-rempah yang digunakan adalah
kayu manis dan bawang putih. Penggunaan kayu manis dalam praktikum ini karena
kayu manis mengandung senyawa zat anti mikroba yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroba lain yang tidak diinginkan. Penambahan kayu manis ini juga
bertujuan untuk menstimulir dan memberi nutrisi terhadap mikroorganisme
tersebut. Inokulum memegang pernanan penting
dalam proses fermentasi sebagai inisiator. Inokulum adalah kultur mikroba yang
diinokulasikan ke dalam medium fermentasi pada saat kultur mikroba tersebut
berada dalam fase pertumbuhan eksponensial. Pada prinsipnya pembuatan inokulum
tape ini yaitu dengan mencampurkan kayu manis/bawang putih dengan ragi yang
kemudian ditambahkan tepung beras untuk selanjutnya diadon. Penggunaan tepung
beras ini bertujuan untuk menumbuhkan khamir (Saccharomyces cerevisiae). Karena di dalam tepung beras terdapat
nutrien-nutrien yang digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena
itu, tepung beras ditambahkan pada pembuatan inokulum tape tersebut. Adonan ini
selanjutnya diinkubasi selama 1 hari. Setelah selama 1 hari diinkubasi,
kemudian dilakukan pengenceran
dan
, Cukup banyaknya mikroba yang tumbuh dalam media
pada sampel menunjukkan bahwa ragi yang digunakan sudah cukup baik karena
mengandung jumlah khamir yang cukup. Khamir (Saccharomyces
cerevisiae) inilah yang nantinya akan membantu berlangsungnya proses
fermentasi.
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
pada pada praktikum ini adalah:
1. Penggunaan
kayu manis dan bawang putih pada
pembuatan inokulum tape berfungsi sebagai anti mikrobia pada ragi.
2. Penambahan
kayu manis juga bertujuan untuk menstimulir dan memberi nutrisi terhadap
mikroorganisme.
3. Penggunaan
tepung beras pada praktikum ini bertujuan untuk menumbuhkan khamir (S. cerevisiae).
4. Mikroorganisme yang terdapat
dalam ragi tape diantarnya adalah khamir
Candida utilis dan Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pediococcus
sp. dan Bacillus sp.
5. Fermentasi
tape yang paling baik terjadi pada kondisi aerob
dari pada anaerob.
DAFTAR PUSTAKA
Andriyani,
Rosie. 2014. Pembuatan Ragi Tape dengan Saccharomyces cerevisiae. Jurnal
Gradien Vol. 3 (1): 226-230.
Fardiaz,
Srikandi. 2012. Mikrobiologi Pangan.
Gramedia Pustaka Utama:Yogyakarta.
Hidayati, D., Darratul, B., Sri, H. 2013. Pola Pertumbuhan Ragi Tape pada Fermentasi
Kulit Singkong. Agrointek. 7 (1): 6-10.
Silvia, Ika. 2009. Pengaruh
Penambahan Variasi Berat Inokulum Terhadap Kualitas Tempe Biji Durian.
Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Sumatera Utara.
Simbolon, K. 2010. Pengaruh Perentase Ragi Tape dan Lama
Feremntasi terhadap Mutu Tape Ubi Jalar. Skripsi. Departemen Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
Srimatyati, Unus. 2010. Pembuatan
Ragi Beras dengan Bumbu-Bumbu Tunggal Tanpa Starter dan Tanpa Alas Merang.
UGM: Yogyakarta.
Rachman, I. D. P. 2012. Studi Pembuatan “Tapioka Feremnted Flour” (TFF) dengan Fermentasi Alami
dan Penambahan Inokulum. Skripsi. Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan,
Jurusan Terknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Yurnaliza. 2007. Pengaruh
Variasi Ph dan Konsentrasi Inokulum Pada Produksi Minyak Kelapa Secara
Fermentasi. Jurnal Biologi
Sumatera, hlm. 4 – 6 ISSN 1907-5537 Vol. 2, No. 1.
LAMPIRAN
Foto Hasil Praktikum
1. Gambar Hasil Fermentasi Tapai
(Aerob) (Anaerob)
2. Bawang Putih
Metode Gores 10-3 Metode Tuang 10-4
3. Kayu Manis
Metode Gores 10-3 Metode Tuang 10-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar