LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM TEKNOLOGI
FERMENTASI
ISOLASI
BAKTERI ASAM LAKTAT PADA YOGHURT
Eva Lestari
05031281419094
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI
HASIL PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Yogurt adalah salah
satu produk susu pasteurisasi yang difermentasi dengan bantuan Bakteri Asam
Laktat (BAL), sehingga diperoleh rasa dan bau yang khas. BAL adalah kelompok
bakteri yang mampu mengubah glukosa menjadi asam laktat. BAL juga menghasilkan
senyawa bersifat antibakteri. Asam laktat yang dihasilkan BAL akan menurunkan pH,
pH yang rendah akan melarutkan lemak dan berdifusi melalui membran sel sehingga
sel akan mengalami kematian. Escherichia coli dan Salmonella typhi termasuk
bakteri Gram negatif. E.coli merupakan penyebab penyakit diare, apabila
keberadaannya di usus melebihi batas normal. Salmonella sp. juga
merupakan bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan penyebab penyakit
tifus. Keberadaan BAL pada yogurt sebagai probiotik berpotensi dalam
meningkatkan fungsi fisiologis usus dengan cara memodifikasi mikroflora usus
pada saluran pencernaan, mikroflora usus yang berperan dalam mengoptimalkan
kondisi kesehatan tubuh yang dipengaruhi oleh mikroba baik yang berguna bagi
kesehatan (Fatmawati et al, 2013).
Yogurt
adalah suatu produk susu yang telah difermentasi oleh bakteri tertentu yang
mempunyai cita rasa spesifik. Yogurt sangat bermanfaat bagi tubuh selain
memiliki nilai nutrisi yang baik juga bermanfaat bagi kesehatan terutama
saluran pencernaan yaitu dapat menghambat bakteri phatogen. Yogurt sangat bermanfaat
bagi tubuh, selain memperoleh nilai nutrisi yang baik juga memberikan manfaat
kesehatan. Rasa yogurt (susu fermentasi) didominasi oleh asam laktat yang
timbul pada proses fermentasi laktosa oleh starter. Selama proses fermentasi
berlangsung akan terjadi perubahan pada karbohidrat, protein dan lemak, juga
bahan organik lain melalui enzim
yang dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu (Yunita et al, 2011).
1.2.
Tujuan
Tujuan
pada praktikum ini adalah untuk mengisolasi
bakteri asam laktat pada yoghurt.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
BAL (Bakteri Asam Laktat)
Bakteri asam laktat (BAL) adalah
kelompok bakteri gram positif berbentuk kokus atau batang, tidak membentuk
spora, suhu optimum ± 40o C, pada umumnya tidak motil, bersifat
anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai
produk utama fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat
adalah mampu tumbuh pada kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu
memfermentasikan monosakarida dan disakarida (Chotimah, 2010).
BAL dapat tumbuh di lingkungan yang
memiliki dan tidak memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2),
sehingga termasuk anaerob aerotoleran. Bakteri yang tergolong dalam BAL
memiliki beberapa karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki porfirin
dan sitokrom, katalase negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron,
dan hanya mendapatkan energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua BAL hanya
memperoleh energi dari metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya
terbatas pada lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan
lingkungan yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk mengasilkan senyawa
(biosintesis) juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks BAL meliputi asam
amino, vitamin, purin, dan pirimidin. Bakteri asam laktat dibedakan menjadi 2
kelompok, yaitu bakteri homofermentatif
merupakan glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai
satu-satunya produk, seperti Streptococus, Pediococcus, dan beberapa
Lactobacillus. Bakteri heterofermentatif merupakan glukosa difermentasikan
selain menghasilkan asam laktat juga memproduksi senyawa-senyawa lainnya yaitu
etanol, asam asetat dan CO2, contoh Leuconostoc, dan beberapa
spesies Lactobacillus (Utami, 2011).
2.2.
Susu
Susu
merupakan salah satu contoh protein
nutrien. Protein utama yang ada pada susu adalah kasein. Susu merupakan sumber kalsium, fosfor, vitamin B, dan
protein yang sangat baik. Mutu protein susu setara dengan protein daging dan telur.
Protein susu sangat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial yang
sangat dibutuhkan tubuh. Salah satu bentuk
pengolahan susu adalah, susu fermentasi. Fermentasi bertujuan untuk
meningkatkan kadar asam laktat dalam susu, sehingga rasanya lebih asam dari
pada susu biasa. Mikroba yang digunakan pada proses fermentasi ini adalah
bakteri Lactobacilus casei. Susu dikenal
sebagai minuman sumber kalsium. Karenanya membiasakan diri minum susu akan
memberikan dampak positip bagi kesehatan terutama untuk mencegah osteoporosis
(kerapuhan tulang). Osteoporosis yang banyak diderita kaum manula bisa
disebabkan oleh pola makan atau gaya hidup yang tidak benar. Susu juga kaya
akan asam amino triptofan. Minum susu secara teratur akan meningkatkan tubuh memproduksi
melatonin di malam hari. Melatonin adalah hormon sekaligus antioksidan yang
membuat tubuh bisa beristirahat. Minum susu di malam hari sangat
dianjurkan agar tubuh kita bisa tidur dengan nyenyak (Effendi et al, 2012).
2.3.
Yoghurt
Yoghurt adalah
hasil fermentasi susu dengan bantuan bakteri pembentuk asam laktat yang
mempunyai bentuk setengah padat dengan tekstur antara susu cair dan keju.
Yoghurt dengan bahan baku susu murni berwarna putih, rasanya asam, tidak
mengandung alkohol, tekstur halus dan secara umum menyerupai podeng. Bakteri
yang biasa digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah Strep-tococcus
thermophilus dan Lactobacillus bulgaricus atau campuran dari kedua
jenis bakteri tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh Ginting (2015) bahwa
bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus yang
sering dipergunakan sebagai starter yoghurt. Rulianah et al (2013)
mengemukakan bahwa komponen utama dalam yoghurt adalah sifat asam dari asam
laktat dan substansi aroma yang dihasilkan Lactobacilli. Menurut Effendi et al (2012) bahwa yoghurt dari susu kambing dapat
menggunakan starter dari S. thermophilus dan L. bulgaricus. Dalam
proses fermentasinya S. thermophilus akan membentuk asam laktat, senyawa
diasetil dan asetoin yang memberikan bau dan flavour yoghurt yang khas,
sedangkan L. bulgaricus hanya membentuk asam laktat saja, sehingga
penggunaan starter ini mempengaruhi terhadap rasa asam dan flavour dari produk
yoghurt yang dihasilkan.
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari selasa tanggal 4 Oktober 2016 pukul 08.00
WIB sampai dengan pukul 09.30 WIB, bertempat di
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) Beaker Glass, 2) Cawan Petri, 3)
Inkubator, 4) Mikro Pipet, 5) Tabung Reaksi, 6) Wadah Plastik.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) Aquadest, 2) Media MRS, 3) Susu Bubuk, 4)
Susu UHT, 5) Starter Yoghurt.
3.3. Cara Kerja
3.3.1.
Cara Kerja Isolasi BAL Pada Yoghurt Menggunakan Metode Tuang
Cara kerja pada praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. 1 ml
sampel dari yoghurt diambil, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
terdapat 9 ml NaCl fis.
2. Dibuat pengenceran hingga 10-3 dan
10-4.
3. 1 ml
dari pengenceran 10-3 dan 10-4 diambil kemudian
dituangkan ke dalam cawan petri yang telah diisi media MRS.
4. Selama 2
hari cawan diinkubasi pada suhu 450C.
3.3.2. Cara Kerja Isolasi BAL
Pada Yoghurt Menggunakan Metode Gores
Cara
kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Media
MRS terlebih dahulu dibekukan dalam cawan petri steril.
2.
Permukaan sampel digores dengan bantuan ose yang steril.
3. Selama 2
hari cawan diinkubasi pada suhu 450C.
.
3.3.3.
Cara Kerja Pembuatan Yoghurt
Cara kerja dari
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.
1 liter susu UHT dipanaskan kurang lebih 1 jam, jangan sampai mendidih.
2. Tambahkan susu bubuk sambil diaduk.
3. Dinginkan susu yang sudah dipanaskan
hingga 40oC.
4. Inokulasi biakan Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophylus yang diambil dari
pembuatan yoghurt sebelumnya.
5.
Aduk sampai mengental kemudian masukkan ke cup ukuran kecil.
6.
Inkubasi selama 24 jam dengan suhu 43oC.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil
pada praktikum ini adalah:
4.1.1 Tabel Hasil Pembuatan Yoghurt
|
Starter
|
|
Pengamatan
|
|
|
|
Tekstur
|
Rasa
|
Aroma
|
|
Yoghurt Cair
|
Kental, tapi tidak padat
|
Asam
|
Susu Basi
|
4.1.2. Tabel Hasil Isolasi Bakteri Asam Laktat
|
No.
|
Bahan
|
Metode Gores (10-3)
|
Metode Tuang (10-4)
|
|
1.
|
Yoghurt Cair
|
-
|
-
|
|
2.
|
Yoghurt Cair
|
-
|
-
|
4.2. Pembahasan
4.2.1. Pembuatan
Yoghurt
Yogurt adalah salah satu hasil olahan susu
yang mangalami fermentasi akibat dari aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
bakteri Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus,
dan memiliki cita rasa asam yang khas. Bakteri asam laktat tersebut jika
ditambahkan dalam proses pembuatan yogurt akan menghasilkan yogurt dengan
tekstur, aroma dan rasa paling baik.
Tingkat pertumbuah bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi suhu optimum masing-masing
jenis bakteri, sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan sekitar
tempat tumbuhnya bakteri.
Pembuatan yoghurt ini bahan utama yang
digunakan adalah susu UHT dan susu bubuk, susu
bubuk yang berfungsi untuk menambahkan kekentalan pada yoghut, yoghurt cimory digunakan sebagai bibit dalam proses pembuatan
yoghurt pada praktikum ini. Pembuatan yoghurt ini dibuat dengan proses
fermentasi yang dilakukan oleh Bakteri Asam Laktat. Proses pembuatan yoghurt
dilakukan pemanasan susu selama 1 jam tetapi pada proses ini harus dijaga agar
susu tidak mendidih. Hal ini dilakukan untuk menurunkan populasi mikroba yang
ada dalam susu. Suhu yang digunakan pada saat pembuatan yoghurt 40o
C karena suhu ini merupakan suhu optimum bagi bakeri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus.
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini
menunjukkan bahwa rasa asam pada yoghurt, rasa yang asam pada yoghurt
dikarenakan bakteri Lactobacillus bulgaricus
dan Streptococcus
Thermophilus telah mengubah secara sempurna
laktosa yang ada pada susu menjadi asam laktat. Faktor lain yoghurt ini tidak disukai karena warna
yang kurang menarik, aroma yang seperti susu basi. Aroma terbentuk dipengaruhi oleh adanya senyawa
asetaldehida, disetil, asam asetat yang jumlahnya sedikit. Senyawa ini dibentuk
oleh Streptococcus Thermophilus dari laktosa susu. Tetapi
tekstur pada yoghurt ini kental, sehingga hampir sama dengan yoghurt yang
dipasarkan. Tekstur yang kental terjadi karena adanya aktivitas enzim. Warna
yang kurang menarik dikarenakan tidak homogennya pencampuran susu UHT dan susu bubuk
dancow yang menyebabkan warnanya terpisah.
4.2.2. Isolasi Bakteri Asam Laktat Pada Yoghurt
Pada praktikum isolasi bakteri asam laktat pada yoghurt
dilakukan inkubasi selama 2 hari pada suhu 45 °C pada media MRS, media MRS
dipilih karena media tersebut merupakan media khusus untuk menumbuhkan bakteri
asam laktat. Posisi cawan petri diletakkan terbalik
karena selama inkubasi terbentuk air yang mengembun di dalam cawan petri. Air
akan menetes dari tutup cawan ke permukaan. Isolasi
bakteri asam laktat dari yoghurt ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
tuang dan metode gores. Penggunaan
metode gores yang digunakan adalah metode gores kuadran, dengan medium agar
datar dalam cawan petri steril. Setelah
diinkubasi selama 2 hari mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri dihitung. Berdasarkan
pengamatan terhadap
yoghurt, dari metode tuang dan metode
gores setelah dilakukan perhitungan
mikroorganisme, jumlah mikroorganisme pada yoghurt yang diamati adalah 0 sel/ml sampel. Biasanya jumlah bakteri yang
terkandung dalam yoghurt sekitar 106-107 sel/ml dari
masing-masing jenis bakteri. Kemungkinan yang terjadi adalah yoghurt yang
diamati itu sudah pada fase kematian sehingga bakterinya tidak ada. Bakteri yang diisolasi
adalah bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus.
Fermentasi yoghurt menggunakan
starter yaitu Streptococcus salivarius
subsp. thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii subsp.
bulgaricus. Bakteri-bakteri
ini mampu menguraikan gula susu (laktosa) menjadi asam laktat. Asam laktat
inilah yang menyebabkan yoghurt rasanya asam. Proses fermentasi menyebabkan
kadar laktosa dalam yoghurt berkurang, sehingga yoghurt aman dikonsumsi oleh
orang yang alergi susu (Lactose Intolerant) dan lansia. Proses pertumbuhan bakteri stater dalam pembuatan
yoghurt, diawali dengan peningkatan laju pertumbuhan Streptococcus Thermophilus memproduksi asam laktat dan pH rendah untuk
mengoptimalkan laju pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus, sehingga pada
akhirnya pertumbuhan Streptococcus
Thermophilus berlangsung lambat dan Lactobacillus bulgaricus
memproduksi asam laktat yang menimbulkan penurunan pH.
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
pada praktikum ini adalah:
1. Yoghurt
merupakan makanan fermentasi dengan bakteri gram positif.
2. Bakteri
asam laktat (BAL) adalah bakteri yang mampu mengubah gula menjadi asam laktat.
3. Bakteri
yang berperan dalam fermentasi yoghurt adalah Streptococcus dan Lactobacillus.
4. Aroma terbentuk dipengaruhi oleh adanya
senyawa asetaldehida, disetil, asam asetat yang jumlahnya sedikit. Senyawa ini
dibentuk oleh Streptococcus Thermophilus dari laktosa susu.
5. Suhu yang digunakan pada saat pembuatan
yoghurt 40o C karena suhu ini merupakan suhu optimum bagi
bakeri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus Thermophilus.
6. Bakteri BAL mampu menguraikan
gula susu (laktosa) menjadi asam laktat yang menyebabkan yoghurt rasanya asam.
DAFTAR PUSTAKA
Chotimah, S. C. 2010. Peranan
Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus bulgaricus dalam Proses Pembuatan
Yogurt: Suatu Review. Jurnal Ilmu
Peternakan. 4 (2): 47-52.
Effendi,
M. H. Hartini, S. dan Lusiastuti, A.M.
2012. Peningkatan Kualitas Yoghurt dari Susu
Kambing dengan Penambahan Bubuk Susu Skim dan Pengaturan Suhu Pemeraman. J.
Penelit. Med. Eksakta. Vol. 8 No. 3 Hal. 185-192.
Fatmawati, U. Prasetyo, F. I. Mega, S. T.A. Utami,
A. N. 2013. Karakteristik Yogurt Yang
Terbuat Dari Berbagai Jenis Susu Dengan Penambahan Kultur Campuran Lactobacillus Bulgaricus dan Streptococcus Thermophillus. Bioedukasi. Vol. 6,
No. 2, Hal. 1-9.
Ginting, N.,Elsegustri, P. 2015.
Pengaruh Temperatur dalam Pembuatan
Yoghurt dari Berbagai Jenis Susu dengan Menggunakan Lactobacillus Bulgaricus
dan Streptococcus Thermophilus. Jurnal Agribisnis Peternakan. 1 (2): 73-77.
Rulianah,
S. Sarosa, M. Hadiwiyatno. 2013. Uji Organoleptik Dan Profil Kimiawi Yogurt Padat Dengan Komposisi Formula Yang Berbeda. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2 No. 4 Hal.
174-178.
Utami, D. A. 2011. Karakterisasi Molekular Bakteri Asam Laktat (BAL) Probiotik dengan Gen
165 rRNA yang berpotensi Menghasilkan Bakteriosin dari Fermentasi Sirsak
(Annona maricata. L.) di Sumatera Barat. Tesis. Program pascasarjana,
Uniersitas Andalas, Padang.
Yunita, D., Syarifah, R., Nida, E. H., Isnanda, M.
2011. Pembuatan Yoghurt dengan Perbedaan
Perbandingan Streptococcus thermophylus dan Lactobacillus bulgaricus Serta
Perubahan Mutunya Selama Penyimpanan. Jurnal Teknologi pertanian. 12 (2):
85-90.
LAMPIRAN
Foto Hasil Praktikum
1. Gambar Hasil Pembuatan Yoghurt
2. Gambar Hasil Isolasi Bakteri Asam
Laktat
Metode Tuang 10-3 Metode
Tuang 10-4
Metode Gores 10-3 Metode
Gores 10-4
3. Kelompok 2 dan 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar